Minggu, 19 Maret 2017

Catatan Hatiku yang Gagal di Pernikahan


Ketika aku menulis ini aku sedang dalam ketakutan. Aku takut dengan diriku yang tak bisa menerima keputusan itu dengan lapang. 2 minggu telah berlalu setelah semua perasaan itu jelas nyata telah terungkap. Tapi aku baru tahu betapa memendam perasaan selama bertahun-tahun itu tak seberapa sedihnya dibanding menerima kenyataan. Bahwa hanya aku yang cinta, bahwa aku harus rela melepaskan kamu, karena kamu sudah lama memilih orang lain untuk menjadi calon istrimu. Aku ingin menerima semuanya dengan tenang tapi sejujurnya hatiku porak-poranda. Aku ingin sekali memaksamu mencintaiku tapi aku justru dengan tersenyum mengirim pesan, “ jangan lupa undang aku ke pernikahanmu”. Ya Tuhan... Aku pura-pura tegar di depan dia untuk apa coba. Untuk menarik perhatian kamu lagi? Padahal aku sudah benar-benar kalah. Aku tidak punya harapan meski 0,0001% apaa kamu peduli betapa sakitnya aku?

Aku ingin marah tapi tak bisa dan berakhir dengan ingin menyakiti diri sendiri. Aku hampir saja menabrakkan diri dengan mobil. Aku berpikir itu tak seberapa sakitnya dibanding hatiku. Bukankah aku sangat egois? Seakan aku paling merasa menderita di dunia ini. Akhirnya aku memutuskan pulang ke pelukan ibu. Semua pekerjaan kutinggalkan saat itu juga. Aku berlari ditengah hujan menuju bandara. Perjalanan kalimantan-jawa ku lalui dengan penuh air mata. Kini aku baru tahu seseorang bisa hidup sehari meski tanpa makanan. Tapi tanpa harapan dia tak akan bertahan lama. Iya sekarang aku kehilangan harapan.  

Aku tidak tahu harus kemana membawa langkah kakiku. Kepastian ini begitu menyakitkan. Bekal-bekal pernikahan yang kupersiapkan justru membuatku semakin terpuruk. Tabungan pernikahan dan rencana masa depan, betapa kerasnya aku berjuang  mempersiapkan semuanya meski tanpa kamu. Dan ternyata semua itu tak berarti buat kamu.

Aku hanya ingin menangisi nasib diriku saja. Betapa menderitanya menjadi wanita yang tak pernah punya kesempatan untuk dicintai oleh laki-laki sepertimu. Betapa malangnya aku yang selalu mencintaimu. Karena mencintaimu bukanlah pilihanku. Jika aku bisa memilih tentu aku akan memilih mencintai orang yang juga mencintaiku. Sayangnya cinta itu dipilihkan oleh takdir entah bagaimana caranya cinta itu hadir. Dan entah bagaimana caranya aku harus berdiri tegar menghadapi semua ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar