Wanita itu duduk termenung di
halte bis. Dia hanya mengamati satu persatu bis yang lewat dihadapannya. Tak satupun
dari bis tersebut mampu menarik hati wanita itu untuk naik kedalamnya. Wanita itu
hanya terus-menerus menunduk, menatap kedua kakinya yang terus diayunkannya. Nampaknya,
kursinya terlalu tinggi untuk wanita itu.
Satu bis berhenti dan seorang
pria keluar dari bis tersebut, ia tersenyum melihat wanita itu. Secara tidak
sengaja wanita itu mendongakkan kepalanya keatas tepat saat laki-laki itu
tersenyum kepadanya. Wanita itu hanya membalas dengan senyuman yang tipis. Laki-laki
yang usianya lebih tua 4 tahun dari gadis itupun duduk didepan wanita itu.
“Sedang apa kau disini?” Ucap
lelaki itu.
“Menunggu kereta.” Jawab wanita itu singkat.
“Knapa gak nunggu di stasiun?”
Laki-laki itu kembali bertanya. “Menunggu seseorang yang tidak pernah mau
ditunggu itu ibarat menunggu kereta di halte bis. Tidak akan pernah lewat
sampai kapanpun.”
Wanita itu lalu berkata, “Yah ...
mungkin rasanya udah lebih dan lebih sampai lupa kalo udah lama nunggu dan
ternyata nunggunya malah salah tempat.”
“Mungkin kamu sedang nunggu bis,
bukan kereta.” Jawab laki-laki itu mencoba memberikan solusi.
Wanita itu tiba-tiba langsung
menatap wajah pria tersebut, “Tak semudah menggantikan kereta dengan bis.”
Jawab wanita itu sambil menggelengkan kepala lalu terdiam.
Laki-laki itu tampak bingung,
kemudian kembali bertanya, “Lho kenapa? Bukannya itu sama-sama angkutan umum
ya?”
Wanita itu tampak menghela nafas
panjang sebelum akhirnya berkata, “ Orang yang kembarpun tetap berbeda. Mereka mungkin
sama fisiknya. Tapi keduanya tetap berbeda dan tak akan sama. Sama halnya
dengan kereta dan bis.”
“Berarti kamu salah tempat,
harusnya nunggunya di stasiun.” Jawab laki-laki itu dengan girang, tampak
senyum diwajahnya yang mulai letih.
Wanita itupun tersenyum, “Iya
nanti aku pindah ke stasiun nyari keretanya. Jangan-jangan malah udah
ketinggalan keretanya.” Wanita itu kembali terdiam tampak pasrah.
Laki-laki itu dengan muka bersinar
seperti mendapatkan ide baru akhirnya berucap, “pesan tiket dulu, sekarang dah
online.”
Wanita itu tersenyum getir, “Andai
semudah itu...” Lama wanita itu terdiam lalu melanjutkan kata-katanya “Kalo aku
laki-laki pasti udah berani mesen tiketnya. Sayangnya aku perempuan.”
Dengan nada sedikit bergurau
laki-laki itu menjawab, “Apa mau aku pesenin? Tapi nanti tambah biaya administrasi.”
Laki-laki itu kemudian tertawa.
Muka wanita itu langsung bersinar
menatap laki-laki itu dan menjawab dengan antusias, “Boleh, tapi bayarnya kalo
aku dah dikereta ya....”
Sayangnya laki-laki itu kemudian
menjawab, “Maaf tidak bisa, ntar malah aku yang harus bayar semuanya.” Laki-laki
itu kemudian tertawa.
Wanita itu kembali tertunduk
lesu, “Tuh kan... emang sebaiknya aku nunggu sendirian.” Gumamnya pelan.
Tiba-tiba ada bis berhenti lagi
dihalte tersebut, laki-laki itu kemudian berdiri dan menepuk bahu wanita itu
dan berkata, “Good luck ajach..” Lalu terburu-buru pergi masuk kembali kedalam
bis untuk meneruskan perjalanannya. Wanita itu hanya menjawab “Oke” dengan suara
tak begitu terdengar. Wanita itu terus menatap laki-laki itu masuk kedalam bis,
hingga akhirnya bis itu meninggalkannya sendirian di halte.
Dalam hati wanita itu hanya
berkata, “Andai kamu tahu,kereta itu adalah kamu.”