Aku mencintaimu dan hal itu bisa
kau baca dari mataku, mata yang lima
tahun lalu menatapmu. Saat itu aku masih berumur 17 tahun. Kamu masih ingat
pertemuan pertama kita di pramuka kan? Kamu tak pernah menyapaku, akupun
tak menyapamu. Lalu tiba-tiba kamu menawarkan perkenalan yang begitu aneh
menurutku. Kamu memulai perkenalan kita lewat pesan singkat. Hingga aku dengan
leluasa dan nyaman menceritakan semua masalahku padamu. Aku masih mengingat
semuanya dengan jelas. Bahkan aku masih ingat, ketika aku sakit. Pagi-pagi
sekali kamu menyempatkan waktu untuk menghiburku. Meskipun dengan suara
cempreng nyanyian kamu diujung telepon, setidaknya itu mampu membuatku
tersenyum dan melupakan rasa sakitku.
Tapi, aku terlalu bodoh
mengabaikanmu saat itu. Iya, aku yang salah. Semua salahku. Selalu salahku. Maafkan
aku karena pernah mengabaikan kamu saat kita bersama. Pernah melukis luka
dihatimu yang mungkin masih tersisa hingga saat ini. Bodohnya diriku ini,
bahkan saat kamu terluka, tersakiti, tersia-sia olehku, aku malah diam aja. Tak
berfikir bagaimana sakitnya menjadi kamu saat itu.
Yah.... andai kamu tahu, aku
terlalu mengedepankan egoku daripada hatiku saat itu. Aku terlalu berambisi
untuk memenangkan olimpiade tahun itu. Hingga aku tak ingin merusaknya dengan
permainan cinta anak SMA. Tapi nyatanya, aku memang sudah terseret dalam api
asmaramu. Tapi sayang ketika aku sadar, semua sudah terlambat. Kamu bahkan tak
pernah memberikan lagi kesempatan itu.
Aku merasa ini tak adil untukku.
Selama hatiku menangis penuh penyesalan bertahun-tahun. Kamu justru telah
melupakanku. Kamu pergi justru disaat aku berharap semua mimpi kita bisa
menjadi nyata. Sekarang aku merasa menjadi gadis paling tolol yang tiba-tiba
lemah karena tersakiti cinta. Aku ini gadis polos yang hobinya cuma menangis,
bermimpi, dan menulis, lalu aku tak pernah tahu apa yang harus aku lakukan, jika
hatiku sedang sangat remuk seperti ini. Aku tak tahu apa arti semua ini. Kamu yang
selalu menyebut-nyebut namanya, dan selalu kau ceritakan padaku betapa kau
mencintainya. Aku tetap tersenyum didepanmu, berusaha memberi penguatan
untukmu, menjadi hujan untuk mengobati kemaraumu. Walaupun kamu tak pernah
tahu, hatiku sebenarnya menangis meronta mendengarnya. Aku ingin pergi, aku ingin berlari, namun aku tak pernah bisa melakukannya. Bodohnya aku
mencintaimu, sangat mencintaimu. Perasaan itupun masih sama meskipun aku
berusaha sekuat mungkin menghindarimu.
Kamu tentu tidak akan pernah tahu
rasanya jadi aku. Rasanya jadi gadis yang selalu menatap ponsel hanya karena
menunggu kabar darimu. Kamu tak tahu rasanya jadi wanita yang tak tahu apa-apa,
namun tiba-tiba dunianya jadi dibikin berbeda karena kehadiranmu. Kamu membuat
duniaku jungkir balik, pernapasanku selalu sesak karena lelah menunggu. Dan mataku
selalu kabut penuh mendung bayang-bayang kamu. Kamu tak akan pernah tahu
rasanya jadi aku yang selalu menunggumu pulang. Kamu tidak akan pernah tahu
rasanya jadi perempuan yang diam-diam menangis ketika membaca pesan singkat
kita.
Aku mencintaimu dan rasanya lima
tahun menunggumu sudah sangat cukup bagiku. Aku sudah lelah, aku terlalu lelah
untuk terus berada dalam permainan ini. Aku tak bisa terus berbohong pura-pura
memperlihatkan senyum kepadamu. Senyum yang sebenarnya berisi penuh tangisan. Mungkin
ini saatnya aku benar-benar pergi dari kehidupan kamu. Ketika aku tidak bisa menjauhkan perasaan ini
dari kamu, maka menjauh secara fisik menjadi pilihan terakhirku. Aku tidak akan
pernah menghubungi kamu lagi. Dan tolong kamu jangan mencariku lagi ketika kamu
menangis, ketika kamu sakit, ketika kamu ada masalah, ketika kamu butuh teman
cerita, sungguh jangan cari aku. Aku butuh waktu untuk sendiri. Semua barang-barang
tentang kamupun sudah kusingkirkan.sekarang aku ingin memulai hidup baru,
seperti saat aku belum mengenalmu. Jika sebelum perkenalan kita aku bisa hidup
tanpa kamu. Sekarangpun aku yakin bisa tanpa kamu, meskipun dengan proses yang
akan menggerus hatiku setiap hari. Tapi aku janji aku akan menjadi wanita yang
kuat berdiri sendiri meskipun pernah memiliki hati yang hancur. I’m promise....
Aku hanya ingin berpesan
kepadamu, jaga kesehatan kamu. Jangan lupa sholat lima waktu. Aku akan selalu
berdo’a agar kamu bahagia. Kita akan bahagia dengan hidup masing-masing. Suatu saat
nanti jangan pernah kau sesali karena tak memilihku. Aku tak pernah tahu apakah
nanti akan ada wanita yang begitu tulus mencintaimu sepertiku saat ini. Apakah akan
ada wanita yang lebih perhatian daripada aku. Apakah akan ada wanita yang rela
menghabiskan air matanya demi melihat kebahagiaan laki-laki sepertimu. Aku harap
akan ada yang menggantikanku setulus hati mencintaimu.karena akupun juga selalu
yakin akan ada pria lain yang mengulurkan tangannya untuk melindungiku setiap
saat. Laki-laki yang akan mengusap air mataku menjadi butir-butir kebahagian
untukku dan juga untuknya. Dialah laki-laki sejati yang akan menjadi imam dalam
rumah tanggaku.
Aku menulis ini ketika dadaku sudah terasa sesak menangis sendiri semalaman.
Malam yang sunyi 01:42