Ketika aku menulis ini aku sedang
dalam ketakutan. Aku takut dengan diriku yang tak bisa menerima keputusan itu
dengan lapang. 2 minggu telah berlalu setelah semua perasaan itu jelas nyata
telah terungkap. Tapi aku baru tahu betapa memendam perasaan selama
bertahun-tahun itu tak seberapa sedihnya dibanding menerima kenyataan. Bahwa hanya
aku yang cinta, bahwa aku harus rela melepaskan kamu, karena kamu sudah lama
memilih orang lain untuk menjadi calon istrimu. Aku ingin menerima semuanya
dengan tenang tapi sejujurnya hatiku porak-poranda. Aku ingin sekali memaksamu
mencintaiku tapi aku justru dengan tersenyum mengirim pesan, “ jangan lupa
undang aku ke pernikahanmu”. Ya Tuhan... Aku pura-pura tegar di depan dia untuk
apa coba. Untuk menarik perhatian kamu lagi? Padahal aku sudah benar-benar
kalah. Aku tidak punya harapan meski 0,0001% apaa kamu peduli betapa sakitnya
aku?
Aku ingin marah tapi tak bisa dan
berakhir dengan ingin menyakiti diri sendiri. Aku hampir saja menabrakkan diri
dengan mobil. Aku berpikir itu tak seberapa sakitnya dibanding hatiku. Bukankah
aku sangat egois? Seakan aku paling merasa menderita di dunia ini. Akhirnya aku
memutuskan pulang ke pelukan ibu. Semua pekerjaan kutinggalkan saat itu juga. Aku
berlari ditengah hujan menuju bandara. Perjalanan kalimantan-jawa ku lalui
dengan penuh air mata. Kini aku baru tahu seseorang bisa hidup sehari meski
tanpa makanan. Tapi tanpa harapan dia tak akan bertahan lama. Iya sekarang aku
kehilangan harapan.
Aku tidak tahu harus kemana
membawa langkah kakiku. Kepastian ini begitu menyakitkan. Bekal-bekal
pernikahan yang kupersiapkan justru membuatku semakin terpuruk. Tabungan pernikahan
dan rencana masa depan, betapa kerasnya aku berjuang mempersiapkan semuanya meski tanpa kamu. Dan ternyata
semua itu tak berarti buat kamu.
Aku hanya ingin menangisi nasib
diriku saja. Betapa menderitanya menjadi wanita yang tak pernah punya
kesempatan untuk dicintai oleh laki-laki sepertimu. Betapa malangnya aku yang
selalu mencintaimu. Karena mencintaimu bukanlah pilihanku. Jika aku bisa
memilih tentu aku akan memilih mencintai orang yang juga mencintaiku. Sayangnya
cinta itu dipilihkan oleh takdir entah bagaimana caranya cinta itu hadir. Dan entah
bagaimana caranya aku harus berdiri tegar menghadapi semua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar