Jumat, 12 Agustus 2022

Gerobak

 Saya ingat dulu pernah menangis di pinggir jalan, duduk menepi sendiri di bangku milik warung kecil. Waktu itu jam di hp saya menunjukkan pukul 7 malam. Keadaannya waktu itu saya putus asa sekali karena habis berantem sama suami, saya merasa marah sekali dengan dunia, kok gini amat ama saya-salah saya apa.

Kemudian lewatlah seorang kakek, dengan gerobaknya. Ia tampak ramah mengobrol dan bercanda-canda dengan pemilik warung. Saya hanya melirik mereka dan kemudian menundukkan wajah saya, menyeka air mata saya.

Kemudian bapak itu menghampiri saya, memberikan saya aqua gelas. “Ini neng, diminum… nangis kan butuh tenaga.”

Saya hanya tersenyum kepada kakek itu sambil menggelengkan kepala “enggak pak, terima kasih.” Dia tetap berdiri di hadapan saya sambil tetap menyodorkan aqua gelas tersebut. “Nggak apa-apa, minum aja. Tadi saya baru dapat rezeki lebih, saya yang bayar.” Saya tetap menolak, “enggak apa-apa pak, bapak aja yang minum. Saya masih banyak kok tenaganya buat nangis” saya tersenyum tapi tetep air mata netes terus.

Kemudian bapak itu meletakkan aqua gelas itu di sebelah saya dan berkata, “Saya taru sini aja ya neng…” saya tetap menangis, menunduk, tidak mengiyakan kakek tersebut.

Kemudian sebelum ia pergi kembali ke gerobaknya ia berkata, “Setiap orang punya masalah masing-masing kok mbak, ujian yang berat menandakan mbak adalah orang yang kuat, orang terpilih yang mampu untuk melalui setiap proses.”

Saya menengok ke wajahnya yang tampak tulus sekali. Seperti tidak ada beban. Tidak ada kekhawatiran yang tampak dari wajahnya. Adem banget.

Kemudian saya malah jadi memperhatikan si kakek itu yang pergi kembali menarik gerobaknya. Berjalan, ke arah tanjakan. Dengan tubuhnya yang kurus dan bungkuk, berjalan pelan menanjaki jalanan dengan gerobaknya.

Kemudian saya memperhatikan segelas aqua yang di sebelah saya. Dan dalam hati tiba-tiba saya merasa terenyuh sekali. Ya Tuhan, dengan segala yang kumiliki… kenapa… kenapa aku nggak bisa jadi seperti kakek itu. Yang masih bijak dalam menghadapi hidup meski tubuhnya seperti sudah tidak mampu lagi untuk berdiri tegap.

Buat temen-temen khususnya yang mungkin sedang bergelut dengan keadaan ekonomi, menganggur, dan sedang berusaha untuk mencari pekerjaan. Sepahit-pahitnya hasil yang kamu dapatkan atau masalah yang kamu sedang lalui, tidak usah berlarut dengan keputus asaan ya. Dari kakek itu saya dapat melihat, masih ada orang yang dapat berlaku baik dan bijak ke orang lain, dengan segala keterbatasannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar