Gemerlap lampu malam, suara
bising kendaraan, dan gedung-gedung menjulang tinggi turut menghiasi kota ini.
Penuh dan sesak identik menggambarkan kota yang pernah disebut Batavia. Apa
kabar kamu? Bagaimana di Jakarta? Sudah
cukup lama kita tak bersua. Sibuk apakah kau akhir-akhir ini? Masihkah bergelut
dengan siswa-siswa kecilmu yang menggemaskan itu? Atau malah sibuk mengurus
tumpukan dokumen yang harus segera kau kirim lewat online? Entahlah, aku juga
tak begitu tau sekarang kau lebih menyukai aktivitas apa? Atau justru kau lebih
suka bergalau ria didepan layar handphone? Haha... hobi barumu yang akhir-akhir
ini sering ku tebak sendiri dan seringkali membuatku tersenyum ketika
mengingatnya.
Tentang jakarta, Aku sering
bertanya-tanya sendirian apa menariknya kota ini hingga kau enggan sekali
pulang dari kota ini, kota penuh misteri yang kata orang menjanjikan
mimpi-mimpi. Apa kau juga punya mimpi terhadap kota ini? Apa mimpimu? Bolehkan
aku tau? Ah sudahlah tak penting memberi tahuku soal ini. Sembunyikan saja
mimpi-mimpimu dalam sujud panjangmu ditengah malam. Ketika hiruk pikuk kota
jakarta mulai senyap ditelan gulita malam.
Jakarta, memandangnya saja aku
sudah merasa penat, apalagi menjadi bagian darinya sepertimu. Tapi taukah kamu,
Yang membuatku semangat untuk datang ke kota ini tiap tahun? Salah satunya
adalah kamu. Kamu menjadi bagian terpenting dari jawaban pertanyaan itu. Hampir
setiap tahun kulangkahkan kakiku di kota ini. Memandangi kerlap-kerlip lampu
malam dan gedung-gedung tinggi di malam hari menjadi hobi tersendiri ketika
datang ke kota ini. Apalagi meluncur dengan bis kecepatan tinggi diatas jalan
layang. Taukah kamu? Disitu aku bisa memandangi hampir seluruh sudut kota
jakarta. Meski tak pernah bisa ku lihat kamu dari atas sana, setidaknya aku
tetap bisa merasakan damainya jakarta yang justru sering kau keluhkan itu.
Taukah kamu? Mataku selalu berbinar ketika ada seseorang menyebut kota jakarta.
Iya.... jakarta mengingatkanku tentang kamu, seorang sahabat yang berjuang
keras untuk meraih mimpinya. Menyandarkan asa pada kehidupan jakarta. Kita pun
sebenarnya pernah merangkai asa bersama, merangkai mimpi di kota Semarang.
Sayangnya, Semarang tak bisa memberikan ruang untuk asa kita bersama. Hingga
kamu memutuskan untuk memilih ibu kota sebagai tempat kamu mewujudkan mimpi.
Tuhan memang selalu punya rencana indah dibalik setiap kesedihan yang ia
berikan. Di Jakarta kau bukan hanya belajar disana, tapi kamu mendapatkan hal yang
lebih penting dari itu semua pembelajaran hidup yang tak semua orang bisa
meraihnya.
Tapi bolehkah aku bertanya? Disela
kesibukanmu pernahkah kau sempatkan waktu untuk sekedar mengingatku? Tentu saja
tak pernah, bukan? Memberi kabar padaku saja kau enggan melakukannya. Hampir
setiap saat aku yang justru harus mencari penghapus terbaik agar bisa menghapus
kamu, menghapus jejak yang pernah kita lalui bersama ketika kita masih
berseragam putih abu-abu. Rasanya sekuat apapun aku berusaha menghapusnya, kamu dan
jakarta tetap menjadi sepaket kenangan yang akan selalu ku kenang entah sampai kapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar