Pernahkah kau memahami tentang
jarak?
Ini bukan tentang jarak ribuan
kilometer yang sekarang memisahkan kita. Bukan juga tentang jarak kita dulu yang
hanya tetangga sebelah desa. Bahkan kita pernah memiliki jarak yang sangat
dekat bukan? Jarak antara jabat tangan kita yang begitu lekat, Jarak antara
pengemudi dan penumpang motor yang begitu erat, Jarak antara laki-laki dan perempuan bersisian
yang menatap langit malam begitu rekat. Bukankah kita pernah berada di jarak
yang teramat dekat sebelum jarak ribuan kilometer memisahkan raga kita?
Tapi bukan itu yang hendak kutanyakan
padamu. Bukan tentang jarak yang bisa diukur skalanya menggunakan satuan, ini
bukan tentang jarak yang bisa ditempuh dengan berbagai angkutan. Tapi ini
tentang jarak hati kita. Bisakah kau mengukurnya? Atau bisakah kau menjawab
pertanyaanku ini dengan sederhana, Hatimu kepadaku terasa dekat atau jauh? Maka,
jawabanmu itu akan cukup menjawab teka-teki kehidupanku.
Bukankah pernah ada pepatah, jauh dimata dekat dihati . Kau pasti
tahu pepatah itu bukan? Maka sejauh apapun jarak kilometer kita, hati yang
dekat tanpa sekat tak akan terpisah. Tapi tahukah kau, hal sia-sia apa yang
kulakukan selama ini?
Aku pernah menganggap bahwa
dengan memberi jarak kepadamu, aku berharap hatiku juga akan berjarak
terhadapmu. Tapi rupanya aku salah mengira. Sangat salah. Kenyataanya, ribuan
jarak berkilo-kilo meter dipisahkan bandara, udara, dan laut jawa hatiku tetap memilihmu.
Rasanya ini bukan memilih. Karena jika ini pilihan, aku tak ingin menjatuhkan
pilihan hatiku secepat itu, apalagi untuk kemudian harus menunggu
bertahun-tahun. Namun bagaimana? Hati ini sudah terlanjur merasa dekat. Maka hati
yang sudah sangat penuh oleh satu namamu ini, bagaimana mungkin bisa terisi
dengan nama yang lain?
Itulah teka-teki hatiku, rasanya
begitu rumit. Denganmu yang yang terus membisu tanpa pernah menjawab tanyaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar