Kamis, 17 November 2016

Aku, Kau, dan Jepang


Melihat daun berguguran di musim gugur, merasakan dinginnya salju, menatap matahari terbit di musim panas, dan melihat bunga sakura bermekaran di musim semi adalah impianku dulu. Jepang, negara yang indah dengan penduduknya yang beradab. Lihatlah baju kimono yang mereka pakai itu, sangat indah bukan?

Dulu aku sangat mengagumi negara ini, bahkan meletakkan mimpi melanjutkan pendidikan disini. Tapi lambat laun waktu mengubah segalanya. Bukan bermaksud menyerah pada mimpi, hanya tanpa sengaja justru mimpi ini terlupakan. Ternyata memang benar, arus waktu yang berjalan mampu mengikis harapan menjadi terlupakan. Kini aku justru berdiri di Pulau Kalimantan, bukan lagi Jawa tapi masih Indonesia. Aku sudah melupakan Jepang, Lalu tiba-tiba kamu mengatakan ingin ke Jepang. Kau meminta doaku agar impianmu terwujud. Seperti aku mencintaimu kau juga mencintai impianmu. Tanpa kusadari butiran air mataku jatuh membasahi pipi, Mungkin karena terharu. Coba lihat cara Tuhan menuliskan takdir kita. Tuhan justru ingin engkau yang melanjutkan mimpiku. Lalu bagaimana bisa aku menghentikan impianmu. Aku hanya gadis sederhana yang menginginkan hidup bersama denganmu. Tapi jika kebersamaan kita menghalangi impianmu maka aku tak akan pernah memintamu untuk bersama denganku. Aku tak akan mengungkapkannya, Cukup sudah semua akan menjadi kenangan. Ada kesedihan menyelimuti jika aku harus melepas kepergianmu, tapi aku juga bersyukur. Bersyukur atas semua kenangan itu.

Aku bersyukur, kau kembali menemukan tujuan hidupmu, begitu bersemangat dengan mimpi itu. Tidak seperti 3 tahun lalu saat kau menemuiku. Kau nampak gusar dihadapanku, tertunduk lesu malu menatap dunia, bingung mencari pekerjaan kesana kemari. Rambut yang acak-acakan dan terlihat berantakan tak bersemangat. Hingga sering dalam tidurku aku melihatmu menangis, ah aku hanya mampu mendoakanmu saat itu, tanpa bisa mengusap air matamu. Aku bukan siapa-siapa, hanya mampu bertanya kabar yang kau jawab “Alhamdulillah, masih bisa menghirup oksigen”. Jawaban yang menyamarkan aku sedang tidak baik-baik saja. Karena orang sakit dan gilapun bisa menghirup oksigen. Akhirnya kau bercerita juga sedang bingung hendak kerja dimana. Aku pernah berusaha membantumu agar kau bisa bekerja ditempatku. Tapi rupanya takdir berkata lain.  Waktu yang terus mengalir membawamu ke tempat-tempat baru dengan semangat baru. Dunia kerja  yang baru akhirnya kau dapatkan. Kau pernah bilang sedang bekerja di bidang anti rayap. Aku juga tak begitu tau pekerjaan seperti apa itu. Tapi melihatmu kembali bersemangat dengan bidang yang kau tekuni saat ini, cukup sudah melegakan hatiku.

Kini Kau belajar tulisan kanji, menyibukkan diri agar bisa terbang ke Jepang. Pantas saja kau sering bilang sedang mengumpulkan energi, jarang ku lihat kau  muncul dimanapun. Rupanya kau begitu gigih mengejar mimpi itu. Laki-laki hebat memang tak pernah menyerah pada mimpinya. Doaku akan selalu menyertaimu. Jangan menyerah, maka aku akan menuntunmu lewat untaian doaku. Semoga Tuhan mengabulkan doaku dan doamu.

Pergilah kasih
kejarlah keinginanmu selagi masih ada waktu
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu
Semoga tercapai segala keinginanmu

Untuk seorang Chemical Enginer yang sedang berjuang ingin ke Jepang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar