Seandainya aku laki-laki, aku
tentu sudah melamarmu. Minimal langsung meminta ijin dari orang tuamu untuk
menikahimu. Sayangnya aku seorang perempuan, Cuma bisa menunggu. Kadang
terbesit pertanyaan apakah benar-benar kamu orangnya? Tapi rasanya tidak mungkin.
Ingin rasanya aku mengubah ketidakmungkinan itu, Tapi apalah dayaku. Sekeras
apapun aku berusaha jika ternyata kamu tidak menginginkannya maka rasanya
sia-sia saja.
Hai kamu pria yang selama 6 tahun
masih tersimpan rapi di hatiku. Apa kau benar-benar tak melihatku? Atau kau
sebenarnya tahu perasaanku, tapi hanya berlalu dan menganggapku angin lalu?
Bagian paling menyakitkan adalah ketika ternyata kau benar-benar tau tapi kau
mengabaikanku, menganggapku tak ada. Minimal tolong katakan kepadaku untuk
berhenti mencintaimu jika kamu tak menginginkannya.
Aku lelah mencintaimu. Seandainya
aku bisa menghentikan rasaku untukmu. Aku akan melakukannya meski hari
menyebrangi lautan sekalipun. Tapi kenyataanya laut jawa telah ku sebrangi tapi
bayangmu justru semakin nyata. Apa aku harus terus hidup dalam bayang-bayang
kamu? Aku bisa tersenyum disini, ditempat baru ini. Tempatku melarikan diri
dari bayangmu. Tapi setiap malam-malam yang kulewati masih saja aku menangis
dalam kesunyian. Aku selalu bertanya-tanya mengapa rasa itu masih ada? Padahal
kukira akan hanyut ditelan ombak laut jawa. Terkadang kurasakan semua ini
salahku . Mengapa aku mengijinkan hatiku terluka? Aku kehabisan kata-kata menahan semua rasa
ini. Berusaha tegar dan kuat, membuktikan pada dunia bahwa aku telah layak
disampingmu. Tapi kenyataanya selalu sama, aku masih berada disini membawa
payung yang tak pernah juga kau sambut mungkin tak akan pernah kau sambut. Lalu
aku harus kemana jika sudah seperti ini. Sekuat apapun aku berusaha melupakan, jika
kenangan masih diangan maka sesedahana senyuman itu hanyalah kepura-puraan. Kau
tak tau apa tak mau tau? Atau kau memang tahu tapi hanya berlalu? Jelaskan
padaku, apa aku kurang cantik? Apa aku kurang baik? Apa aku kurang terdidik?
Bisakah kau jelaskan padaku apa yang kurang dariku, mengapa kau tak pernah
sedikitpun menoleh padaku. Hai... come on, I’m here. Still here. Hanya untuk
membuktikan aku layak bersanding denganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar