Selasa, 10 Juni 2014

Ketika Harus Melepaskan


Diantara tumpukan tugas kuliah yang belum selesai, justru aku ingin menulis ini......

Sebenarnya Aku tak pernah ingin mengingat kenangan sendirian. Aku juga tak ingin merasakan ini sendirian, tapi nyatanya.......Tidak ada hal yang semudah membalikkan telapak tangan untuk melupakan kenangan. Bertahan, ketika semuanya tidak ada kepastian, entah dan sampai kapan?? Bertahan dengan puluhan atau ratusan konsekuensi yang harus aku terima sendirian. Iya puluhan alasan untuk diam, untuk tetap bersembunyi dan terus memendam perasaan. Tetapi memoriku memaksanya untuk pergi dan lepaskan saja. Setelah sekian lama bertahan, akan tetapi pada akhirnya harus rela melepaskan. Terkadang Ada hal-hal yang tak ingin kita lepaskan, tak ingin kita tinggalkan, tapi justru harus dilepaskan, bukan karena kita ingin tapi karena mungkin itu yang terbaik.

Kesanggupan melepaskan mungkin tidak semudah ucapan bibir yang hanya mengucap dalam waktu beberapa detik saja. Kesanggupan ini melebihi nilai dan arti di dalamnya. Bagaimana cara melepaskan dengan segala konsekuensi yang ada?. Meninggalkan dan menggugurkan semua harapan menjadi kenangan dan bayangan. Sanggupkah?? Semestinya sanggup, sebelumnya bukankah  memang sudah berjalan sendiri-sendiri . Tapi gejolak hati terus saja bertanya, Apa aku bisa??

Melepaskan yang membutuhkan waktu, atau bertahan yang memakan waktu??
Melepaskan yang mengikhlaskan, atau bertahan yang menyakitkan??
Melepaskan yang menimbulkan seluruh kesakitan atau bertahan yang mempertahankan kesakitan??
Melepaskan dan harus berjuang menekan hati dengan segala kerinduan dan kebiasaan.
Atau Bertahan dengan memeperjuangkan kepasrahan dan kesakitan yang akan diterima?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar