Diantara
tumpukan tugas kuliah yang belum selesai, justru aku ingin menulis ini......
Sebenarnya Aku
tak pernah ingin mengingat kenangan sendirian. Aku juga tak ingin merasakan ini
sendirian, tapi nyatanya.......Tidak ada hal yang semudah membalikkan telapak tangan untuk melupakan
kenangan. Bertahan, ketika semuanya tidak ada kepastian, entah dan sampai
kapan?? Bertahan dengan puluhan atau ratusan konsekuensi yang harus aku terima
sendirian. Iya puluhan alasan untuk diam, untuk tetap bersembunyi dan terus
memendam perasaan.
Tetapi
memoriku memaksanya untuk pergi dan lepaskan saja.
Kesanggupan melepaskan mungkin tidak
semudah ucapan bibir yang hanya mengucap dalam waktu beberapa detik saja.
Kesanggupan ini melebihi nilai dan arti di dalamnya. Bagaimana cara melepaskan
dengan segala konsekuensi yang ada?. Meninggalkan dan menggugurkan semua
harapan menjadi kenangan dan bayangan. Sanggupkah?? Semestinya sanggup,
sebelumnya bukankah memang sudah berjalan
sendiri-sendiri . Tapi gejolak hati terus saja bertanya, Apa aku bisa??
Melepaskan yang membutuhkan waktu,
atau bertahan yang memakan waktu??
Melepaskan yang mengikhlaskan, atau
bertahan yang menyakitkan??
Melepaskan yang menimbulkan seluruh
kesakitan atau bertahan yang mempertahankan kesakitan??
Melepaskan dan harus berjuang
menekan hati dengan segala kerinduan dan kebiasaan.
Atau Bertahan dengan memeperjuangkan
kepasrahan dan kesakitan yang akan diterima?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar