Aku sudah berusaha bahagia dengan
hidupku dengan melepasmu, kelihatanya berhasil dan semua baik-baik saja. Tapi ternyata
diluar dugaanku, setiap malam-malam begini kamu sering kembali dalam ingatan
berkeliaran. Pikiranku masih ingin menjadikanmu sebagai topik utama, dan hatiku
masih mau membiarkanmu berdiam lama-lama disana. Aneh memang jika aku sering
memikirkan kamu yang tak pernah memikirkanku. Tentu saja kamu tak merasakan apa
yang kurasakan, juga tak memiliki rindu yang tersimpan rapat-rapat. Aku sengaja
menyembunyikan perasaan itu agar kita tak saling mengganggu. Bukankah dengan
berjauhan seperti ini semua terasa lebih berarti? Seakan-akan aku tak pernah
peduli, seakan-akan aku tak mau tahu, seakan-akan aku tak memiliki perhatian. Bagiku
sudah cukup seperti ini aku dan kamu, tanpa kita.
Entah mengapa akhir-akhir ini
sepi sekali. Aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri. Namun, aku
masih saja heran. Dalam gelapnya malam ada banyak sekali cerita berseliweran
dalam otakku. Ini bukan yang baru bagiku duduk berjam-jam tanpa merasakan
hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat. Dari awal ketika kita pertama kali
berkenalan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Senyummu adalah salah satu
keteduhan yang ingin kulihat setiap hari. Dulu, aku sempat berharap bisa
menjadi salah satu sebab kau tersenyum setiap hari. Tapi ternyata harapku terlalu
tinggi. Aku berusaha memahami itu, setiap hari, setiap waktu, aku berusaha
meyakini diriku bahwa aku tak boleh berharap terlalu jauh. Aku lelah, itulah
perasaanku. Sudahkah kau paham? Belum. Tentu saja. Aku menulis ini ketika
mataku tak kuat lagi untuk menangis, mulutku tak mampu lagi berkeluh. Bisakah kau
bayangkan rasanya jadi seseorang yang setiap hari menahan tangisnya agar
terlihat baik-baik saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar